Minggu, 04 Mei 2014

182 tahun perkebunan di Indonesia by Renville Siagian


Pada hakikatnya perkebunan di Indonesia telah tumbuh seperti “Area of the culture encounter” (Pertemuan berbagai kultur kebudayaan), maka dirasa perlu untuk mengetahui surut dan berkembangnya kegiatan perkebunan di Nusantara yang selalu meninggalkan warisan sejarah. Seperti yang telah dikemukakan Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno pada pidatonya dalam memperingati hari kemerdekaan RI  17 Agustus 1966 yang bertajuk “Jasmerah” Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah dan Quote seorang sastrawan yang berasal dari Irlandia “Oscar Wilde” yang mengatakan “Salah satu tugas kita dalam sejarah adalah, dengan menulisnya”.

Dalam buku ini penulis berupaya untuk menyampaikan sejarah dan dinamika perkebunan di Indonesia, dimana seluruh anak bangsa mengalami kepedihan dan keputusasaan ketika bangsa asing menginjakkan kaki mereka di bumi pertiwi ini dengan melakukan tanam paksa (cultuurstelsel). Namun tak sekedar kepedihan yang dirasakan, dengan terjadinya peristiwa itu maka saat ini Indonesia bisa mengenal dan memahami cara berbudidaya berbagai tanaman perkebunan hingga akhirnya Indonesia menjadi Negara penghasil perkebunan yang terbesar di dunia khususnya pada komoditi kelapa sawit. Walaupun demikian, seperti renungan yang disampaikan penulis “Walaupun negara kita saat ini telah mencatat prestasi sebagai penghasil kelapa sawit nomor satu di dunia, lantas kapan buruh perkebunan kelapa sawit kita dapat menikmati sebagai buruh berpenghasilan nomor satu di dunia?”.

Perjalanan dan perkembangan perkebunan di Indonesia sejak masa pra-cultuurstelsel hingga masa reformasi tertuang dalam buku ini dalam bentuk cerita maupun data yang diperoleh. Buku ini kiranya cukup bermanfaat sebagai informasi maupun sumber inspirasi bagi mereka yang berkecimpung didunia perkebunan, pemerhati, mahasiswa dan para pelajar yang membutuhkannya.
                           
                        Githa Noviana
                                Editor